Keluarga merupakan tempat dimana kita menerima pendidikan pertama kali. Keluarga juga merupakan titik awal pembentukan karakter masing-masing anak. Sosok seorang ibu merupakan elemen terpenting di dalam rumah. Seperti, seorang tukang kebun yang selalu merawat seluruh masalah dalam keluarga. Serta dalam tiap kata-kata dan perbuatannya mengajarkan karakter pada anak-anak.
Semasa mama masih hidup, ada sebuah laci meja yang selalu terkunci dan kuncinya hanya ada di saku mama. Tak ada yang tahu apa isi "rahasia" disana.
Setelah mama wafat, kakak membuka laci tersebut. Seketika kami semua terkejut: tidak ada uang sepeser pun, tidak ada perhiasan emas atau perak, tapi hanya ada sebuah buku kecil. Tiga halaman pertama berisi tanggal lahir masing-masing cucunya, baik dalam penanggalan kalender Gregorian ataupun kalender Lunar. Bahkan waktu kelahiran pun juga ada. "Catatan " ini adalah seluruh warisan peninggalan dari mama !
Mama selalu mengatakan bahwa kekayaan terbesar dalam hidupnya adalah kami sebagai anak-anaknya. Mama dengan segala upayanya mendidik kami, mengajari kami melakukan sesuatu dengan sepenuh hati, memberitahu kami bagaimana berbagi kepada orang, bertanggung jawab dan optimis. Semua yang dilakukan mama ini merupakan kebahagiaan terbesar yang pernah ada dalam hidupnya.
Keluarga saya memiliki enam bersaudara, saya merupakan anak kelima. Saya masih ingat semasa kecil, mama selalu membeli enam es lolipop dan tidak pernah membeli untuk dirinya. Tapi mama selalu berkata, "Kasih mama sedikit es krim kalian." dan saya selalu berada di urutan paling belakang. Dalam perasaan saya selalu bergumam kalau bisa satu gigitan pun jangan. Namun, setiap kali tiba giliran saya, mama selalu menggigit yang paling banyak dibandingkan yang lain. Hati saya sangat kesal, awalnya, namun perlahan-lahan saya sudah terbiasa dengan itu. Setelah itu, jika ada makanan yang lezat saya akan memberikan mama cicip terlebih dahulu. Saat mama lagi tidak ada di rumah, namun saya masih bertanya: "Mama dimana?" Makanan ini seperti tidak enak gimana gitu jika mama belum mencicipinya.
Momen terakhir mama selagi di rumah sakit yang paling saya ingat yaitu... Tiba-tiba mama ngidam dua makanan diantaranya : susu kacang Beijing dan buah kesemek. Tak banyak tanya saya langsung pergi ke kota, lalu menemukan kedai di dekat Kuil Long Fu yang menjual susu kacang dan setelah itu segera kembali ke rumah sakit. Mama sangat puas dan berkata : "sungguh enak!" dan saya ikut merasa bahagia. Tapi hal yang paling mengecewakan adalah pada saat itu belum musimnya buah kesemek. Kakak saya yang paling besar terpaksa membeli dua buah jeruk sebagai gantinya. Namun, saat mama mencicipinya, berkata: "Buah kesemek tahun ini sangat asam."
Suatu pagi, saya pergi ke kantor pemerintah untuk mengirim surat undangan. Berpas-pasan disana, istri teman saya baru kembali dari pasar pada pagi hari itu. Ia membeli sekantong kesemek yang fresh. Seketika saya sangat senang, sampai tidak enak hati meminta enam buah kesemek nyonya itu dan langsung menuju ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, saya berlari-lari ke kamar ibu saya dan berkata: "Ma, ini buah kesemek! Benar-benar buah kesemek!" Setelah mama makan dua buah, mama dengan senyumnya yang bahagia terus mengangguk dan berkata: "Kali ini benar rasa buah kesemek!" Pada saat itu, saya sangat bersyukur hingga tanpa sadar air mata saya mengalir keluar. Tiga hari kemudian, mama benar-benar telah pergi. Hati saya tidak meninggalkan sedikitpun penyesalan, ibuku akhirnya dapat menikmati salah satu makanan masa kecil yang paling ia demen.
Mama dalam hidupnya telah membesarkan keenam anaknya dan juga merawat beberapa cucu. Dari keuletan mama ini, semua tahu bagaimana saling membantu dan berbagi dengan sesama. Saya juga tak lupa mengajarkan anak saya sendiri pentingnya untuk berbagi. Tidak peduli apa yang ia makan, anak saya selalu mengingat orang-tuanya.
Pada saat "1 Juni" - Hari Anak Internasional di China di sekolah anak saya diadakan sebuah acara perayaan. Anak-anak bersuka-ria tampil di atas panggung dan pada saat acara itu berlangsung guru-guru membagikan masing-masing murid dua potong coklat. Anak saya memegangi coklat itu, kemudian ia lari ke belakang tempat duduk mencari saya. Ia mengeluarkan salah satu coklat lalu berkata: "Mama, satu potong coklat buat anda." Saya menjawab: "Baik nakku!" Segera membuka mulut saya dan ia langsung memasukkan sepotong coklat ke mulut saya. Saya sangat senang dan berkata: "Benaran enak, sungguh manis!" Setelah itu, dengan senangnya ia berlari kembali ke tempat duduknya. Ibu yang duduk di samping saya sampai iri lalu berkata : "Wah anakmu sungguh berbakti! Kamu lihat saja anak saya disitu, lihat saya pun tak mau, menikmati sendiri kedua coklat itu." "Ini hanya butuh dibiasakan. Dari kecil sudah saya ajarkan untuk tidak egois dan ingat untuk berbagi ! " Pinta saya sambil tersenyum.
Suatu hari saat anak laki-laki saya masuk kelas lima, saya sedang berada di kantor surat kabar lembur. Ia menelepon saya: "Mama, bisa gak kamu hari ini pulang lebih awal ? Saya ada berita baik!"
"Baiklah ! mama usahakan pulang lebih awal!" Meski saya sudah berjanji kepadanya, namun di kantor muncul sedikit masalah. Sepulang saya ke rumah, ia telah tidur lelap.
Mama saya melihat aku telah pulang lalu berkata: "Anakmu tidak sakit! Hari ini, ia dengan kakeknya belajar memasak udang tumis timun dan hasilnya lumayan bagus. Ia langsung menelepon kamu setelah selesai memasak, mengingatkan kamu agar secepatnya pulang ke rumah untuk mencicipi masakannya. Anakmu masih menyisakan udang yang besar untukmu dan ia hanya makan yang kecil." Air mata saya langsung mengalir keluar mendengar perkataan mama. Hari itu, saya menikmati setiap sendok dengan ditemani isak air mata. Saya merasa bahwa udang ini lah yang paling lezat se-dunia.
Sekarang, anak saya telah tumbuh dewasa. Saya sering menikmati masakan yang dibuatnya. Cucu pun telah lahir dan setiap kali ia melihat anaknya, dia akan berkata, "Suapin nenek!" Dia akan segera memberi saya sesuatu dari tangannya.
Mama telah pergi meninggalkan kami sambil tersenyum. Meskipun dia tidak meninggalkan sepeser pun harta untuk anak-anak dan cucunya. Ia meninggalkan sesuatu yang lebih penting daripada uang, seperti mengajari kami cara bertata-krama, bagaimana cara bertahan, dan yang membuat kami paling ingat : kebahagiaan berawal dari berbagi.
Kita sering menganggap bahwa cinta seorang ayah seperti gunung dan cinta ibu seperti laut. Anak yang masih memiliki ibunya seperti memiliki bongkahan mutiara. Dalam hidup kita, sosok ibu memainkan peran yang membuat kita bahagia dan berperan sebagai pengurus urusan dalam keluarga. Memang sosok seorang ibu sangat melekat pada kita, disaat kita merantau jauh sekalipun. Yang mengingatkan kita dengan kampung halaman yang hangat, itu juga ibu.
Hai sobat, hal yang paling sulit dilakukan di dunia adalah membalas jasa orang tua. Semoga kita semua bisa: Membina hati yang baik untuk menghormati orang tua kita dan membalas jasa orang tua kita dengan mengucapkan syukur atas hidup ini ! Sebenarnya, hidup tidak mengharapkan kita untuk selalu menjadi yang terbaik, tetapi hanya meminta kita untuk melakukan segala sesuatu dengan upaya yang terbaik !
Setelah membaca teks ini, coba renungkan dengan dalam. Sebenarnya, banyak dari kita menganggap ajaran orang tua sebagai bentuk dari perbudakan, lalu terkadang cara mendidik mereka juga sangat merepotkan. Selain itu, kita juga sering mengeluhkan banyak hal ini dan itu. Kita sudah buta sebelah tidak mengerti usaha keras orang tua untuk anak-anak mereka. Berikut kata-kata di bawah untuk anak-anak yang suka mengeluh kepada orang tuanya.
Cinta kepada orang tua Anda "Tidak mengeluh lima" hal ini
1. Jangan mengeluh jika orang tua Anda tidak mampu.
Tidak ada orang yang terlahir serba bisa dan sempurna ! Orang tua telah memberikan kita kehidupan yang layak, serta bekerja keras untuk membesarkan kita sampai dewasa. Sobat sekalian, ini sungguh tidak mudah. Kita harus banyak berterima kasih kepada orang tua atas kerja keras mereka merawat kita. Jangan mengeluh seperti, "Baik itu ayah yang seperti apa dan ibu seperti apa," Lalu katakan dengan tulus: "Saya menerima kalian apa adanya dan saya menerima kalian atas semua yang telah kalian berikan kepada saya."
2. Jangan mengeluh jika orang tua Anda cerewet.
Orang tua lebih awal lahir daripada kita. Segala pengalaman yang mereka pernah lalui dan bagaimana mereka menjaga diri, kemudian diajarkan kepada kita. Saat kita lahir, mereka dengan segenap hati menjaga dan mengurus kita. Ini sudah menjadi pilihan hidup mereka: , mengajarkan kita cara makan, memberikan kita rasa aman ... Hanya orang yang benar-benar cinta kepada Anda baru akan bertele-tele. Orang tua tidak akan pernah cerewet jika tidak ada hubungannya dengan mereka.
3. Jangan mengeluh jika orang tua Anda mengeluh.
Satu alasan mengapa orang tua kita mengeluh, karena mereka tidak puas dengan sikap kita. Ketika kita sudah melakukan cukup baik, mereka menginginkan kita untuk bisa lebih baik lagi ! Orang tua melakukan ini bukan untuk mereka sendiri, bukan karena kehidupan lampau mereka, bukan karena masalah pekerjaan mereka, atau karena mereka tidak tahu melampiaskan kepada siapa amarah mereka. Orang tua hanya ingin kita terus menjadi lebih baik melebihi mereka.
4. Jangan mengeluh reaksi orang tua yang lamban.
Tentu saja umur semakin tua, gerakan pun turut melamban. Jangan pernah mengeluhkan gerakan orang tua kita yang lamban. Karena kita tidak pernah membayangkan semasa kecil bagaimana mereka dengan sabar mengajarkan kita berjalan. Di saat itu orang tua masih muda, mereka mungkin saja lebih emosian dari kita. Hanya demi kita, orang tua rela capek sampai sakit pinggang. Jika suatu hari nanti, orang tua kita sudah tua dan kakinya sudah tidak bertenaga. Kita harus ingat:saat melihat orang tua dengan kondisinya sekarang, kita telah melihat masa depan kita sendiri, tetap berbakti semasa hidup kita.
5. Jangan mengeluh jika orang tua Anda sakit.
Betapa sibuknya orang tua baik terlepas dari siang dan malam, angin hujan. Jika kita sakit, mereka akan meletakkan segala kesibukan mereka dan dengan cepat membawa kita berobat ke dokter. Orang tua rela sepanjang malam tidak tidur untuk merawat kita. Saat orang tua sakit, berapa banyak yang bisa kita lakukan? Dimana rasa bakti kita kepada mereka? Banyak berita di masyarakat kita temukan anak yang menelantarkan orang tua mereka. Mari kita berjanji dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab akan menjaga mereka semasa mereka masih hidup....
Hargailah hari-hari semasa orang tua kita masih ada. Orang tua masih hidup, kita bisa berkelana pulang-pergi ; orang tua telah pergi, kita hanya punya satu jalan yaitu pulang ke rumah.
Sumber: lookforward
http://ift.tt/2hONenP